Penyedia likuiditas (liquidity provider) merupakan pihak yang berperan selaku pembeli sekaligus penjual di pasar forex. Dalam kedudukan tersebut, perusahaan penyedia likuiditas menyediakan kuotasi harga bid serta ask yang ditampilkan oleh broker forex, serta bisa dilihat dengan ataupun tanpa mark-up oleh trader pada platform trading online. Ataupun dengan kata lain, penyedia likuiditas merupakan “broker-nya broker”.
Broker forex yang berstatus Market Maker ( Broker Bandar) bertindak selaku penyedia likuiditas untuk dirinya sendiri, ataupun berhubungan dengan penyedia likuiditas yang masih satu grup dengannya. Sementara itu broker forex tipe STP/ECN umumnya berhubungan dengan 2 ataupun lebih penyedia likuiditas yang tiap-tiap tidak berafiliasi langsung dengannya. Dengan demikian, pengetahuan mengenai penyedia likuiditas untuk broker forex yang digunakan trader termasuk salah satu kabar bermanfaat untuk mengetahui cara kerja broker yang sesungguhnya.
Perusahaan-perusahaan Penyedia Likuiditas Secara umum, perusahaan penyedia likuiditas untuk broker forex bisa digolongkan jadi dua:
Tier 1 Liquidity Provider
Posisi pertama dalam struktur pasar forex diduduki oleh bank-bank investasi multinasional yang berperan sebagai penyedia likuiditas bagi broker forex. Bank-bank ini disebut pula selaku Tier 1 Liquidity Provider. Broker forex yang tersambung dengan bank-bank investasi ini hendak mendapatkan feed harga bid serta ask yang sangat stabil untuk semua pairs; kecuali pada situasi luar biasa seperti dikala Black Thursday 15 Januari 2015.
Perusahaan-perusahaan di Tier 1 ini memperoleh keuntungan dari selisih harga bid/ask (spread) serta komisi yang dibayarkan oleh klien. Lazimnya, mereka tidak mengambil untung dari letaknya sebagai “counterparty” pada transaksi jual-beli yang dicoba oleh klien. Klien yang dilayaninya termasuk perusahaan-perusahaan besar, hedge funds, HNWI (High Net-Worth Individuals), serta bank-bank yang berskala lebih kecil. Deutsche Bank diketahui selaku penyedia likuiditas terbesar, disusul oleh UBS, Barclays, Citi, serta Royal Bank of Scotland (RBS) pada 5 besar.
Tidak hanya itu, sebagian contoh perusahaan penyedia likuiditas Tier 1 terkemuka lainnya yaitu : Commerzbank AG, HSBC, Bank of America Merrill Lynch, BNP Paribas, Nomura, Royal Bank of Scotland, Morgan Stanley, Goldman Sachs, Societe Generale, Credit Suisse, Royal Bank of Canada (RBC), Natixis, ABN AMRO, Westpac, serta Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ.
Baca juga :
Perbedaan Antara Likuiditas Dan Volatilitas
Tier 2 Liquidity Provider
Ada perbedaan pandangan di golongan praktisi forex menimpa perusahaan semacam apa yang terkategori Tier 2 Liquidity Provider. Sebagian pihak berpendapat kalau Tier 2 Liquidity Provider merupakan bank-bank yang berskala lebih kecil semacam ABN Amro. Mereka sediakan layanan yang sama dengan Tier 1, namun likuiditasnya lebih rendah.
Penulis memasukkan sebagian bank ini dalam kelompok Tier 1 di atas, sebab pembahasan pada bagian ini hendak lebih menekankan pada pendapat lain mengenai Tier 2. Sebagian praktisi lain berpendapat jika seluruh bank tersebut terkategori Tier 1. Bagi mereka, Tier 2 Liquidity Provider mencakup perusahaan-perusahaan yang berfungsi selaku Price Aggregators (Agregator Harga).
Perusahaan-perusahaan ini ialah bank maupun lembaga keuangan non-bank yang beroperasi pada jaringan interbank serta berfungsi selaku Prime Broker. Melalui sebuah Dealing Desk, mereka bisa menghubungkan harga dari Tier 1 kepada klien maupun bertindak langsung sebagai counterparty. Perbedaan terbesar antara Tier 1 serta Price Aggregator terletak pada sumber pendapatan mereka. Price Aggregator mendapatkan keuntungan dari spread serta dari peran mereka sebagai counterparty pada transaksi jual/beli yang dilakukan oleh trader. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan ini bisa jadi untung jika trader merugi (walaupun ada juga yang murni berperan sebagai penghubung saja).
Terlepas dari itu, Price Aggregator berjasa dalam meningkatkan likuiditas pasar forex, karena mereka mempermudah akses ke Tier 1 bagi broker bermodal terbatas serta membuat trading forex menjadi lebih terjangkau bagi trader ritel. Dalam perannya, mereka juga bisa menghubungkan bank-bank Tier 1 dengan trader, mengurangi besar volume perdagangan per transaksi serta memangkas biaya trading yang harus ditanggung trader ritel. Contoh perusahaan-perusahaan ini antara lain: LMAX Exchange, Sucden Financial, IG Group, Swissquote, Dukascopy Bank, B2Broker, Boston Prime, Saxobank, Lucid Markets, GSA Capital, Currenex, Integral, Hotspot FX, ADS Securities, serta lain sebagainya.
Baca juga :
Apa Pengertian Likuiditas Dalam Trading?
Cukup sekian artikel dari kami, semoga bermanfaat. Apabila teman – teman masih bingung dan ingin bertanya, jangan ragu untuk hubungi Tim Trader Support kami:
Syarat dan ketentuan berlaku.
Jika anda menyukai informasi dari artikel ini dan mau tahu informasi seputar edukasi trading lainnya? Kami siap memberikan edukasi yang sangat informatif. Mau tahu caranya ?
Temukan kami di Channel Sosial Media lainnya
link :
- Website : www.PelatihanProfitInternasional.com
- Telegram : https://t.me/NewsUpdatePPI
- Instagram : @PelatihanProfitInternasional
- Facebook : PT. Pelatihan Profit Internasional
- Youtube : Pelatihan Profit Internasional
Dapatkan informasi seputar edukasi trading gratis lainnya dengan cara klik link di atas.
- Untuk konsultasi online gratis
- Untuk berlangganan Signal Forex, Signal Commodity dan Signal Saham
- Registrasi dan jadwal edukasi rutin
- Whatsapp 0817-7234-5888
- Hunting 021-5964-5999/021-5964-5888
- Jika anda tetap mau menerima update dari kami mengenai promosi, jadwal edukasi dan berita penting lain, klik linkTelegram ini
https://t.me/NewsUpdatePPI Disini kami memberikan INFORMASI SEPUTAR TRADING LENGKAP GRATIS SETIAP HARI LHO!
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.